. WeLCoMe to mY excLuSSive zOnE . thank's for visiting... ^_+

Minggu, 23 September 2012

'Meraih masa depan cemerlang dengan tulisan'

                                                                                                Sabtu,  22 September 2012

            Hari ini saya mendapat pencerahan baru. Berawal dari undangan yang saya terima di facebook, bahwasannya ada seminar yang diadakan oleh Organisasi Liga Mahasiswa Nasdem. Saya langsung yakin untuk mengikuti seminar gratis tersebut. Awalnya saya tertarik dengan tema yang di usung, yaitu “Meraih Masa Depan Cemerlang Dengan Tulisan” karena saya memang hobi menulis, dan ketika saya mengetahui bahwa yang mengadakan seminar tersebut adalah organisasi Liga Mahasiswa Nasdem, saya bertambah semangat untuk mengikuti seminar itu.
            Saya teringat dengan kata sambutan yang disampaikan oleh ketua DPW Partai NasDem Kalimantan Tengah, Ibu Faridawaty Dahlan Atjeh SE, MM  tadi. Dalam sambutannya, beliau mengatakan bahwa “Pohon yang besar itu dimulai dari bibit yang kecil, Gedung yang tinggi itu dibangun dari bentuk yang kecil, dan Menempuh jalan puluhan kilometer itu juga di mulai dari langkah kecil.” Maka saya menyimpulkan bahwa seperti itu juga yang terjadi pada perubahan, perubahan yang besar itu dimulai dengan cara merubah hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Karena dengan merubah yang kecil, maka dengan sendirinya perubahan besar itu akan terbentuk. Maka sebelum saya merubah dunia, saya akan merubah diri saya dahulu. Lalu saya akan merubah dunia.
            Masih membahas tentang ibu faridawaty D. Atjeh SE, MM. Entah kenapa sejak pertemuan pertama saya dengan beliau sekitar pertengahan tahun 2011 lalu, saya SANGAT TERTARIK dengan beliau. Beliau adalah wanita yang pintar berbicara, bicaranya tidak muluk-muluk, dan dapat dipertanggungjawabkan. Senyumnya anggun, menambah pesona di wajahnya yang memang cantik. Penampilannya modis, dan saya yakin bukan dari hasil korupsi. Saya ingin menjadi wanita seperti beliau. Beliau adalah Motivasi saya untuk bisa menjadi wanita yang sukses.
Seminar yang saya ikuti diisi oleh 3 pembicara yang hebat, tentu saja hebat, karena mereka bisa berdiri didepan peserta dan mampu menyampaikan paparan yang menarik dan bermanfaat tentunya. Setelah melihat mereka tampil dengan gagahnya di depan tadi, saya merasa ada sesuatu yang membuat hati saya tergerak untuk merubah sikap apatis saya, menjadi orang-orang yang peduli dengan lingkungan sekitarnya. Saya yakin suatu saat saya akan berdiri di depan banyak orang, menyampaikan paparan yang saya susun sendiri dan merubah pola pikir mereka juga memotivasi agar mereka bisa menjadi sukses seperti saya. Saya yakin saya BISA !!!
            Pembicara pertama adalah bapak Basori, M.Hum. beliau adalah dosen di Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Saya benar-benar tidak menyangka bahwa beliau adalah orang yang cerdas karena wajah beliau terlihat lugu dan culun. Tetapi ketika beliau berbicara dengan gaya yang semangat, saya kagum dengan beliau. Beliau mengatakan bahwa orang intelek adalah orang yang mampu menulis. Dan saya adalah orang yang mampu menulis, maka saya adalah orang yang intelek. Menulis disini bukan hanya asal menulis. Tetapi yang dimaksud adalah bagaimana kita menyampaikan gagasan, ide, pokok pikiran dengan tata bahasa dan diksi yang sesuai sehingga bisa menarik minat bahkan memotivasi pembaca kita. Saya banyak belajar dari beliau. Khususnya tentang bagaimana merubah pandangan orang lain terhadap kita dalam sekejap, hanya dengan menunjukkan kepandaian kita dalam menyampaikan pemikiran kita, baik melalui tulisan atau bahkan lisan.
            Berlanjut ke pembicara yang kedua, yaitu kak David Krisna Alka. Beliau adalah aktivis yang juga merupakan penulis lepas. Banyak opini/artikel beliau yang di muat di koran. Bahkan Kompas pun pernah memuat tulisan beliau. Kak David Krisna Alka mengatakan bahwa kalau ingin tulisan kita di muat di koran, syaratnya adalah harus nekat, dan jangan pernah menyerah apalagi sampai putus asa. Ketika kita memiliki sebuah karya tulisan, segera kirimkan tulisan tersebut ke media cetak. Apabila tulisan kita tidak dimuat, bukan berarti kita gagal sebagai penulis, bisa jadi tulisan kita itu sudah bagus tetapi tidak sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh media cetak tersebut. Pelajari penggunaan gaya bahasa penulis lain yang tulisannya ditulis di media cetak. Lalu cobalah menulis lagi dengan mengangkat topik-topik yang aktual. Dan kirimkan ke media cetak yang sama. Buat mereka yakin kalau kita benar-benar berminat dan berbakat untuk menjadi penulis yang tulisannya layak dimuat di media massa milik mereka.
            Pembicara yang terakhir adalah Bapak Husni Sulam. Beliau adalah pembicara yang paling tua dari ketiga pembicara yang ada. Tetapi semangat beliau dalam menyampaikan materi, tidak kalah hebatnya dengan yang masih muda. Dan yang paling membuat saya kagum adalah, pria kelahiran kasongan ini bisa mengambil S1 di Ausstralia, S2 dan S3 di Paris, Perancis. Jadi, bisakah suatu saat nanti saya kuliah di luar negeri ?
Tuhan... You know what the best for me . . .
            Pada intinya, setelah hari ini berlalu.. saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan impian saya untuk menulis sesuatu yang bisa merubah dan memotivasi orang-orang di dunia ini.
Terimakasih untuk hari yang penuh keajaiban ini, Tuhan.
Semoga saya tetap menjadi manusia yang bersyukur, dan tidak dibutakan nafsu dunia.
Tunaikan tugas mulia, Tuntaskan restorasi !
Hidup, MAHASISWA !!!

*****

Jumat, 14 September 2012

CERPEN : Bintang Kejora ( Avrilizha_Ningrum )

-->
BINTANG KEJORA
Oleh  : Avrilizha_Ningrum

          “Cherr,, malam minggu ntar jalan yuk,  aku mau ngajak kamu ke suatu  
          tempat.. Tempat yang indaaah banget, dan aku yakin kamu pastii suka .”
                                                                                                                 By : Venus, with love .          
       Cherry kembali membaca sms yang dikirim kekasihnya jum’at kemarin, hatinya bertanya-tanya kemana Venus akan membawanya malam ini. Ya, malam ini malam minggu. Malam yang dijanjikan venus untuk mengajak cherry ke tempat yang indah.
         Detik demi detik berlalu, menit pun terus berganti. Waktu menunjukkan pukul 08.00 malam, namun Venus belum juga menampakkan wajahnya. Berulang kali cherry mengintip dari balik jendela kamar, berharap Venus muncul diluar pagar. Lagi-lagi hanya pohon cemara sebatang kara yang dilihatnya.
         “Ven... kamu dimana siiihh ??” Tanya Cherry dalam hati. Ia mencoba menghubungi Venus, tak diangkat. Cherry melempar hp-nya ke kasur.
”nggak biasanya venus telat.. kenapa ya ? apa dia lagi nyiapin kejutan buat aku ?  hobi venus kan bikin penasaran.”  pikir cherry semakin galau. Ia kembali berdiri di pinggir jendela kamarnya, mencoba mengintip dari balik gorden ungu bermotif bunga tulip putih yang cantik, mencari sesosok makhluk Tuhan yang paling dicintainya. Lagi-lagi nihil. Hanya terlihat rintik hujan yang kini membasahi cemara didepan rumahnya. Sendiri dan kedinginan. Cherry merasa senasib dengan cemara kecilnya itu.
”hmmm.. pakai acara hujan segala, bisa batal nih jalan sama venus.” kesal cherry. Ia berbalik dan berbaring dikasur. Hingga akhirnya ia tertidur.
         Hujan diluar semakin deras. Suara rinainya bak lagu nina bobo yang sengaja dinyanyikan untuk menidurkan sang putri dalam buaian kesejukkan angin dingin yang masuk melalui celah ventilasi di kamar tidurnya. Sampai sang putri terlelap, melupakan kegundahannya dan bermimpi bertemu pangeran berkuda putih yang selalu dinantikannya. Tiba-tiba cherry terbangun karena mendengar suara petir yang menggelegar.  Khayalan bahagia bersama pangeran berkuda putih pun sirna seketika.
         “Cherr... Cherry !” Panggil seseorang di luar sana. Cherry beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas membuka pintu.
         “Venus ? kamu kemana aja sih, aku khawatir tau. ditelpon nggak di angkat, di sms nggak di balas, sekarang kan udah jam . . .” kesal Cherry, matanya melirik  ke arah jam dinding untuk memastikan jam berapa sekarang. “tuh kan, jam 12.. kita jadi jalan ?” Tanya Cherry, kesal.
         “Jadi kok, justru jam segini tempat itu kelihatan indah, sana gih siap –siap”.
         ”tapi kan harinya hu...” Cherry memandang ke arah luar, ternyata hujan sudah reda, padahal belum hilang dari ingatanya bahwa petir yang membuatnya terbangun.
“Ya udah, tunggu bentar yah . . .” sambung Cherry. Ia kembali kekamar dan mengambil tas juga jam tangan putih kesayanganya, hadiah ulang tahun dari venus.
         Satria F Ungu itu melaju sangat kencang, angin memaksa Cherry menutup matanya. Padahal sudah beberapa kali ia menyuruh Venus mengurangi kecepatan, namun Venus tak menghiraukannya dan terus melaju kencang. Sampai akhirnya, mereka berhenti ditempat yang asing bagi Cherry, Cherry mengusap-usap matanya seakan tak percaya dengan apa yang ada dihadapanya sekarang.
Pantai ? sejak kapan ada pantai di Palangka Raya ?
         “Ini Cuma danau kok. .” Jelas Venus saat Cherry menanyakan tentang tempat itu.
         “Danau seluas ini ?” Tanya Cherry. Venus tersenyum kecil.
         “Kita duduk di pondok itu yuk..” Ajak Venus sambil menunjuk rumah kecil tanpa dinding yang atapnya terbuat dari jerami, lalu menggandeng Cherry ke pondok itu.
         Lama mereka terdiam, terbawa dalam lamunan masing-masing. Menikmati hembusan angin dan suara deru ombak serta lambaian pohon kelapa. Tempat itu benar-benar seperti pantai. Cherry tak pernah mendengar teman-temannya bercerita tentang tempat seindah ini, dimana bulan menyanding bintang-bintang yang bertaburan memenuhi langit abu-abu, dimana desiran ombak yang mampu menyibak pasir-pasir yang kini ia pijak, dan pohon-pohon kelapa menyuarakan gesekan dedaunan yang mampu mengalahkan alunan instrumen favorit Cherry,
         Cherry melirik jam digital putih ditangannya. Mati . Jam itu mati, padahal sebelum ia tertidur jamnya masih hidup
         “Lihat deh bintang itu..!” Ucap Venus ketika setitik cahaya putih besar berkilau menampakkan sinarnya. Cahaya itu bagai kerlingan sihir peri yang menghipnotis perasaannya, ia merasa tenang, nyaman dan damai. Hilang sudah ketakutan dan kegelisahan yang sedari tadi bergejolak dihatinya.
         Cahaya itu memainkan aksinya. Menyulap langit menjadi biru muda, terang benderang. Membuka mata Cherry hingga ia dapat melihat hutan disekitarnya berwarna hijau, bak permata zamrud bahkan lebih hijau dan berkilau. Jauh di ujung sana terlihat dua ekor lumba-lumba berenang mendekat dan mengeluarkan aksi-aksi yang lebih hebat daripada pertunjukkan sirkus yang biasa ia lihat, ketika lumba-lumba itu menggeliat keatas, terciptalah bentuk hati yang sempurna diiringi dengan cahaya bintang yang bergerak menguasai seluruh langit dan mengalahkan cahaya bintang-bintang kecil yang sedari tadi menemani sang bulan. Satu demi satu bintang kecil itu menjatuhkan diri ke pantaii, menakjubkan bagai kembang api yang menyala tanpa henti di pesta tahun baru. Cherry tidak bisa berkata apa-apa, matanya pun tak diizinkan berkedip, ia tak ingin melewatkan sedikitpun pemandangan ini.
         “Sumpah, Cherry nggak lagi mimpi kan Ven ?” Tanya Cherry yang masih takjub dengan pemandangan itu.         
         “Ya nggak lah Cherr, itu bintang Venus.. bintang kejora. Kamu mau dengar nggak dongeng tentang bintang kejora ??”
         “Mau.. mau . . .” jawab Cherry semangat.
“Dulu.. ada dua sejoli yang saling mencintai, kemana-mana mereka selalu berdua. Mereka adalah pasangan paling bahagia di dunia ini. Namun entah kenapa tiba-tiba sang pria meninggal, mengetahui kejadian itu si wanita shock dan berlari, terus berlari tanpa arah dan tujuan. Hingga akhirnya ia tak kuat lagi dan terjatuh, matanya menatap ke atas, terlihat serangkaian bintang yang membentuk wajah kekasihnya yang semakin lama semakin menyatu dan membentuk sebuah bintang besar yang terang. Wanita itu semakin menangis kemudian berteriak histeris memanggil-manggil nama kekasihnya, Kejora. Nama pria itu Kejora. Yang ternyata dalam bahasa latin artinya Venus. So, bintang itu dinamakan bintang kejora atau Venus.” Jelasnya.
         “Kasihan banget yaa cewek itu, pasti dia sedih kehilangan orang yang paling dia cintai. Kamu... nggak akan ninggalin aku kan Ven ?” Tanya Cherry sembari menatap dalam mata Venus. Venus tersenyum dan memeluk Cherry. Mereka kembali dalam keheningan. Cherry larut merasakan kehangatan pelukan Venus.
         Tanpa ia sadari bintang kejora itu mulai meredup, mengecil hingga akhirnya menghilang tanpa bekas. Permata zamrud yang tadi mengelilinginya kembali menjadi hutan gelap gulita. Birunya air pun kembali menjadi keruh, mengusir sepasang lumba-lumba yang baru saja menari untuknya dan Venus. Dan ketika Cherry sadar, semua kembali seperti semula, dan semakin gelap. menyeramkan.
         “Ven, bintangnya mana ?” Tanya Cherry bingung.
         “Udah balik kali, kita pulang yuk..!!”
         “Ya udah deh, lagian juga disini makin serem.. “ Jawab Cherry.
¶¶¶¶¶¶
         Minggu pagi yang cerah.
         Cherry masih terbaring di kasurnya, bahkan ia masih memakai baju yang dikenakannya tadi malam. Cherry menggeliat dan menyingkirkan selimut tebal dari tubuhnya. Ia melirik jam tangan putih yang masih melekat ditangannya. Jam 8 pagi. Cherry tercengang dan kembali menatap jam itu.
“perasaan tadi malam mati. Beneran jam 8 nggak sih ni ?” tanya cherry, ia beranjak keluar kamar dan melihat jam diruang tengah, tepat jam 8.
“tadi malam nggak jadi jalan cherr ?” Tanya mamah.
“hah..?” Tanya cherry, ternyata mamah tak menyadari kepergiannya tadi malam. “i..iya mah. Kan hujan.” Sambungnya dan kembali masuk kekamar.
         Cherry kembali berbaring dikasur. Pikirannya melayang mengingat kejadian tadi malam.
“Tempat yang benar-benar indah” fikir cherry.
Ia mengambil hp kesayangannya dan mencoba menghubungi Venus. ternyata tak aktif. Cherry mencoba sekali lagi. Masih tak aktif.
”ah, payah ni venus nih, masa jam segini masih tidur.” kesal cherry.
¶¶¶¶¶¶
          Malamnya Cherry pergi kerumah Venus. Seharian ini Hp Venus nggak aktif. Padahal Cherry kangen berat sama venus. Taksi yang dinaiki Cherry berhenti disebuah rumah yang terlihat ramai, sepertinya sedang ada acara.
         “Nak Cherry....” tegur seorang ibu-ibu separuh baya.
         “Tante, lagi ada acara yaa ?  kok Venus nggak bilang ke Cherry sih ?”
         “Maafkan tante nak Cherry, tante nggak berani kasih kabar  ini ke kamu..”
         “Kabar apa tante ?”
         “Kabar kalau... kalau sebenarnya Venus.. Venus meninggal jum’at malam kemaren..”
         “nggak mungkin tante, kemarin malam Cherry jalan sama Venus...”
        “Tante nggak bercanda Cherr, ini serius. Hari jum’at Venus masuk rumah sakit, dokter bilang Kanker otak Venus sudah mencapai stadium empat dan ternyata malamnya Venus meninggal.”
         “Terus yang jalan sama Cherry kemaren siapa?” Tanya Cherry.
         “Tante nggak tau Cherr..”Jawab mama Venus.
Seketika itu tubuh Cherry melemas, namun Cherry tak membiarkan dirinya pingsan. Ia berlari meninggalkan mama Venus.
         Cherry berlari, mencari tempat Venus membawanya kemaren, namun ia tak jua mendapati tempat itu. Tangisnya semakin deras, badannya pun semakin melemah hingga akhirnya ia terjatuh. Setelah beberapa lama, Cherry berhasil menguasai tubuhnya kembali, namun ia tak mampu bangun dan beranjak dari tempat itu, tiba-tiba Cherry teringat dongeng bintang kejora yang diceritakan Venus, Cherry mengalihkan pandangannya ke langit. Benar . Bintang-bintang itu membentuk wajah Venus dan semakin lama semakin menyatu. Cherry sadar kini ia menjadi tokoh wanita dalam dongeng yang diceritakan Venus.
         “Venus.....” Teriaknya dan kembali tak sadarkan diri.
«T«H«E««E«N«D«

CERPEN : Wajah Terakhir (Avrilizha_Ningrum)

-->
WAJAH TERAKHIR
Oleh  : Avrilizha_Ningrum

Gadis itu masih menangis. Entah mengapa 3 hari belakangan ini ia selalu menitikkan airmata. Kerjanya hanya melamun dan berbaring saja. Kadang senyum melintas di wajah ovalnya, tapi sedetik kemudian ia kembali menangis, bahkan berteriak histeris. Aku tak tau apa yang harus kulakukan, pernah ku coba memeluknya, tapi ia malah semakin terisak dan pergi meninggalkanku. Ia lebih memilih memeluk boneka lumba-lumba merah muda yang pernah ku beri dulu. Padahal pelukanku jelas lebih hangat dari lumba-lumba itu.
”risa..” tegur seorang ibu yang baru saja masuk kekamar gadis manis itu. ”makan dulu,yuk. sini mama suapin.” katanya sembari duduk disamping kasur risa.
Aku memandangi mereka dari kursi di meja komputer risa.
”aku aja yang suapin risa ya tan..” tawarku.
“ayo risa, buka mulutnya sayang. Biar mama yang suapin kamu. Atau kamu mau makan sendiri ?” ucap wanita setengah baya itu.
Kadang aku merasa kesal dengan wanita tua itu, seringkali aku dianggapnya tak ada, padahal aku hanya ingin membantunya menjaga risa. Yang lebih membuatku kesal adalah wanita  itu sering memarahi risa, hanya karena risa menangis dan tak mau makan. Padahal bisa jadi wanita tua itu yang membuat risa sedih.
”Risa.. tolong mamah dong sayang. Kamu nggak boleh kaya gini terus. Ayo makan, mamah nggak mau kamu sakit.” ucapnya dan kembali mencoba memasukkan makanan ke mulut risa, tapi lagi-lagi risa menolaknya.
Wanita itu melirik jam di dinding kamar risa.
”mamah ada janji sama tante widya, kamu makan sendiri aja ya.” kata wanita itu. Ia mengelus dan mengecup pipi risa, lalu pergi meninggalkannya.
Aku berjalan menghampiri Risa, mengelus tangannya yang selalu terasa lembut.
”risa sayang.. makan yah.”ucapku. Risa menarik tangannya dari belaianku. Ia mencium tangannya sendiri dan mengelusnya berulangkali. Hingga airmatanya kembali mengalir.
Risa.. aku salah apa.
¶¶¶¶¶¶
            Angin malam menembus masuk melalui celah ventilasi di kamar risa. Gadis itu meringkuk kedinginan. Ia duduk dihadapan meja rias. Matanya sembab, hidungnya memerah, bahkan pipinya pun bengkak. Airmata masih membasahi wajah manis itu. Ditangannya tergenggam sebuah liontin yang ku beri saat ulang tahunnya yang ke 17, 3 bulan yang lalu. aku masih ingat wajahnya waktu itu, senyum merekah di ujung bibirnya, tak henti-henti dia mengucapkan terima kasih padaku, dan aku tau dia bahagia. Tak seperti yang kulihat saat ini.
Risa memasukkan kalung itu kedalam kardus kecil, dan beranjak mengambil boneka lumba-lumba lalu memeluknya sebentar dan memasukkan boneka itu kedalam kardus yang sama. Kini ia melangkah mengambil fotoku dari figura di atas meja ranjangnya dan lagi-lagi foto itu ia masukkan kedalam kardus. Ia beralih membuka lemari dan mengambil sebuah buku diary berwarna ungu, dibukanya tapi kemudian ditutup dan dimasukkan ke dalam kardus. Saat itu airmatanya semakin deras. Ia terduduk lesu dilantai, dan kembali menangis histeris. Risa berteriak. Aku tak bisa mendengar jelas apa yang ia teriakkan. Risa memukul-mukul lantai dan mengacak-acak rambutnya.
”Ris... risa ! kamu kenapa ? aku salah apa ?” tanyaku sambil mengguncang-guncang tubuhnya. Risa terdiam. Hanya suara isakannya yang terdengar. Ia terduduk mematung. Badannya lemas. Hingga akhirnya ia jatuh tersungkur di lantai. Pingsan.
”Ris.. bangun, ris !” teriakku. Aku mengangkat tubuh risa, tapi terlepas. Kukerahkan seluruh tenaga, dan kembali mencoba mengangkat tubuh risa, lagi-lagi terlepas. Kenapa ini ? aku tak bisa menyentuh tubuh risa lagi.
            Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Wanita tua itu lagi.
”Risaa..” Teriaknya panik. Ia memeluk tubuh risa, dan dengan mudah memindahkannya kekasur. ”Ris.. bangun, ris. Sadar. Ini mamah nak.” ucapnya sambil menepuk-nepuk pipi risa. Wanita itu lalu mengeluarkan hp dari sakunya.
”halo, mas dhoni. Ardhi lagi di rumah sakit nggak mas ? risa pingsan, saya takut dia kenapa-kenapa --- oh, kalau gitu besok tolong suruh ardhi kerumah ya mas. --- makasih mas. .” mamah risa kembali memasukkan hpnya kedalam saku.
¶¶¶¶¶¶


Ardhi. Sepertinya aku pernah mendengar nama itu.
Ya, aku mengenalnya. Ardhitya Feddi Winata, dokter muda yang akan dijodohkan dengan Risa. Lelaki yang membuat aku bertengkar dengan Risa. Aku ingat kejadian hari itu. Seminggu yang lalu.
” kamu nggak ngerti gimana rasanya jadi aku. Aku udah nolak perjodohan itu mentah-mentah. Tapi mamah tetap maksa aku buat pacaran dulu sama dr. Ardhi. Kamu tau kan sejak papah meninggal, kami kesulitan ekonomi. Kamu juga belum siap kan buat langsung nikahin aku kalau kita udah lulus nanti ?” ucap risa. Hatiku membeku mendengar kenyataan bahwa hubungan yang kami bina selama hampir 2 tahun harus berakhir hanya karena perjodohan. Padahal sebelum papah risa meninggal, mamah risa menyetujui hubungan kami.
”yaudah, nikah aja sana sama dokter muda yang kaya itu.” ucapku kesal. Risa memukul meja dan beranjak meninggalkan aku. Sebenarnya aku belum merelakan perjodohannya dengan ardhi, tapi memang benar apa yang dikatakan risa, aku yang bahkan belum lulus SMA ini belum siap menikahinya.
Pulang sekolah aku melihat risa dijemput seorang lelaki muda sekitar 25 tahun-an, lelaki itu membukakan pintu mobil honda jazz hijau yang terlihat mewah. Aku tau lelaki itu pasti dokter ardhi. Sejak hari itu dokter ardhi yang selalu mengantar jemput risa kesekolah. Bahkan sejak kejadian itu, risa tak pernah berbicara denganku lagi.
Malam minggu pertama yang kulalui tanpa risa. Aku memutuskan pergi ketempat tongkrongan yang tak pernah lagi ku datangi sejak berpacaran dengan risa.
”eh, bay. Tumben kesini.” tegur bang alex, ketua di tongkrongan ini. Aku hanya diam dan tersenyum, lalu melangkah menuju tempat duduk di kursi pojok. ”udah lama banget nih kita nggak balapan. Tanding yuk !” ajaknya. Tanpa fikir panjang akupun menyetujui ajakan itu.
Suara deru mobil pun kembali kudengar. Aku melaju di lintasan balap yang tak pernah dilewati orang lain selain kami dan mobil polisi tentunya. mobilku berada di belakang mobil bang alex. Aku mencoba menyalip mobilnya, tapi gagal. Kulirik spedometer mobilku, 100 km/jam. Kutambah kecepatan mobilku. Kucoba menghapus semua kenangan yang pernah kulalui dengan risa. Tanpa sadar aku menangis, dan semakin aku melaju kencang, semakin deras juga airmata yang keluar. Tiba-tiba terdengar sirine patroli polisi, aku refleks menoleh kebelakang, dan ketika aku berbalik, mobilku sudah menabrak mobil bang alex yang berhenti mendadak. Ternyata mobil polisi datang dari arah depan. Mobilku mendorong mobil bang alex, aku mencoba mengerem, tetapi mobilku malah berbalik 180˚. Kepalaku menghantam atap mobil yang kini berada dibawah. Ada darah mengalir dari belakang telingaku. Aku melihat mereka berlarian menuju kearahku. Ada banyak wajah. Tetapi hanya satu wajah terakhir yang ada dalam bayangku. Wajah risa yang tersenyum. Hingga akhirnya semua menjadi gelap.
            Aku tak tau apa yang terjadi setelah itu. Yang aku tau, ketika aku pertama kali membuka mata, aku sudah berada dikamar ini. Dan yang pertama kali aku lihat adalah sosok risa yang berbaring di atas kasur memakai baju dan kerudung hitam.
¶¶¶¶¶¶

            Keesokan harinya, pagi-pagi sekali terdengar suara klakson mobil dari depan rumah risa. Aku mengintip dari balik jendela. Mamah risa segera membukakan pintu, dan menyuruh lelaki itu masuk, lalu membawanya kekamar risa.
            Lelaki itu berjalan melewatiku, ia melirik kearahku lalu tersenyum. Tak seperti wanita tua yang selalu cuek itu.
”risa pingsan dari tadi malam, sampai sekarang belum bangun juga.” kata mamah risa.
”sebenarnya apa yang terjadi dengan risa tante ?”
”sudah tiga hari ini dia nggak mau makan dhi, setiap hari Cuma melamun dan menangis. Semua itu terjadi sejak.. sejak risa pulang dari pemakaman bayu.” jelas mamah risa sambil menitikkan airmata. Aku tersentak. Pemakaman bayu ? yang benar saja. Aku bayu. Dan aku masih ada disini. aku masih hidup. Ragaku masih utuh. Bagaimana mungkin aku dimakamkan.
”bayu, pacar risa ?”
”iya dhi. Mungkin semua ini gara-gara tante. Karena tante yang sudah membuat mereka berpisah.” jawab mamah risa. Dokter ardhi menatap kearahku. Aku menunduk. Masih tak percaya bila aku sudah tak nyata. Lelaki itu masih menatapku.
”tante bikinin minum dulu ya dhi.”kata mamah risa, ardhi mengangguk.
”loe bisa ngeliat gue ?” tanyaku.
“kenapa nggak ?” jawabnya sambil tersenyum. “arwah kamu gentayangan kan gara-aku. Kamu masih belum merelakan perjodohanku sama risa kan ?” sambungnya.
”jadi gue beneran udah meninggal ?” tanyaku lagi. Dokter ardhi mencoba membangunkan risa dengan minyak kayu putih. Tapi risa belum sadar juga.
”aku nggak ada maksud ngerebut risa dari kamu. Risa nggak pernah cerita kalau dia udah punya pacar.” ucapnya. Nada suaranya datar dan berwibawa.
”Gue udah meninggal, berarti gue nggak bisa balikan sama risa lagi.”
”itu sih salah kamu. Siapa suruh pake ikutan balapan liar segala. Padahal bisa aja kan jodohnya risa itu kamu.” kata dokter itu lagi. ”tapi kalo gini ceritanya, bisa aja risa itu jodoh aku.” sambungnya. Kali ini ia mencoba membangunkan risa dengan alkohol.
”jadi gue harus ngerelain risa nikah sama loe ?”
“Cuma itu satu-satunya cara biar kamu bisa istirahat dengan tenang.” Jawabnya. Aku terdiam dan terduduk lesu. Ketika takdir terasa begitu kejam, disaat itulah kita hanya bisa pasrah dan berserah.
“ris...” kata dokter ardhi lembut. Aku memandang ke arah risa. Dia sudah sadar.
”mas ardhi..” ucapnya lirih. Kata pertama yang ku dengar dari bibir manis risa sejak kami bertengkar. Risa menyebut nama pria lain dan aku mencoba merelakannya. Kulihat lelaki itu melirik kearahku. Aku pun mengangguk dan tersenyum.
”kamu nggak boleh gini lagi ya. Bayu udah tenang kok dialam sana.” ucapnya. Risa mengangguk dan memeluk dokter ardhi.
            Perlahan kurasakan sedikit demi sedikit bagian tubuhku lenyap. Hingga akhirnya pandanganku kabur dan kedua sosok itu pun menghilang. Atau mungkin aku yang menghilang.

«T«H«E««E«N«D«


Jumat, 04 Mei 2012

My Nineteen_

Saiiaa Lebih Suka Jadi Anak Keccildt,, Mereka Itt Menyenangkan.. Polos.. Jujur.. Apa Ada'nA dan Tanpa Masalah . .
Ketika Mereka Sedih, Mereka Menangis..
Dan Ketika Mereka Bahagia, Mereka Tertawa . .
Ketika Mereka Merasa Kesulitan.. Mereka Boleh Menangis dan Berlari Kepelukan Orangtua Mereka yg Selalu Siap Menenangkan Hatti Mereka..
Saiia Ingindt Tetap Menjadi Anak Kecildt yang Manja dan diManja !
.
.
Tappi Usiaa Memaksaa Saiia Unttuk Bisaa B'pikirr Dewasa,,
dan Orang Dewasa Penuh Ke'purapura'an. .. Cenderung Tanpa Ekspresi... Serius, dan Membosankan !
.
Ketika Mereka Tertawa.. Sebenarnya Mereka Hanya Menutupi Kesedihan,,
dan Ketika Mereka Menangis..
Bisa Jadi Mereka Sedang Berbahagia . .
Ketika Mereka Memiliki Masalah, Mereka Mengambil Keputusan Sendiri dan Siap Menerima Seburuk Apapun Konsekuensi Dari Keputusan yang Mereka Ambil..
.
.
Tetapi saiia tidak mungkin menjadi seorang Tua yang Tidak Dewasa, Itt Berarti Saya Tidak Berkembang Dengan Baik . .
Mau Tidak Mau...
Suka Tidak Suka...
Setelah Hari Ini Terlewati.. Saya Harus Belajar Berpikir Dewasa . .
Harus Melakukan Semua'nya Secara Mandiri . .
Harus Mampu Mengambil Keputusan yang Tepat . .
Dan Harus Kuat Menjalani Konsekuensi yang Saiiaa Dapatkan..
.
Dan Inilah Cara Saiia Sebagai Orang Dewasa Menyelesaikan Masalah Saya . . .